Tidak terasa era Pandemi Covid sudah berakhir. Meskipun tetap waspada akan pandemi lainnya tapi bagi banyak orang termasuk saya mengalami Turbelensi Hebat dan hampir crash. Hal ini membuat saya secara tidak sadar dan sadar dengan sendirinya bahwa saya sudah tidak lagi terbang tinggi tetapi landing. Proses landing ini membuat saya harus duduk diam lagi di umur yang memasuki 41 Tahun pada tanggal 7 Maret 2025 ini. Untuk memperbaiki lagi peta perjalanan hidup. Bisa jadi akan merubahnya secara drastis. Apalagi perubahan di luar sana pasca COVID sangat dahsyat juga. Perkembangan AI atau kecerdasan buatan merubah banyak hal dalam pranata sosial masyarakat. Ini pun merubah pola interaksi dan cara hidup bermasyarakat.
Di fase umur 41 tahun menuju 50 tahun sebenarnya adalah fase menuju masa keemasan hidup. Tapi karena Turbelensi Hebat yang aku alami. Aku terjebak dalam ilusi zona nyaman yang sejujurnya banyak disukai orang. Khusus nya yang sudah merasa cukup dengan kehidupan nya. Ternyata ada yang Miss dari pemahaman Zona nyaman ini. Dimana aspek aspek perkembangan diri di saat saat mapan secara pribadi tidak sejalan dengan kemapaman sesungguhnya dalam hidup. Sebelumnya karena asik bekerja, di saat sudah cukup makan, bisa rekreasi, punya tempat tinggal dan bisa menikmati banyak hal yang di sisi standar bermasyarakat saja sudah cukup ternyata disaat Turbelensi ini tersadar itu tidak cukup. Bahkan saat bersyukur saja kita masih dihadapkan kenyataan ada bagian bagian hidup yang tidak nyaman. Di fase ini sebenarnya aku jadi teringat dengan keamanan hidup versi Mashlow yang sudah lama aku tulis dimana aktualisasi diri terus berlanjut secara alami ternyata hirarki kebutuhan dibawahnya terlupakan. Atau karena merasa cukup tidak melihat itu penting sehingga terabaikan. Aktualisasi diri puluhan tahun hanya menambah knowledge, skill, experience dan attitude tapi ketinggalan diaspek yang lain seperti kesejahteraan yang tidak terpengaruh Turbelensi. Jika zaman SMA saat belajar akutansi selalu ada biaya tidak terduga. Lapisan biaya tidak terduga yang disiapkan standar nya pun hanya cukup. Sehingga ketika ada Turbelensi, kita sadar bahwa kita tidak sejahtera. Aku juga jadi teringat ilmunya Robert Kiyosaki terkait bebas finansial dimana life work balance yang ideal benar benar mensejahterakan lahir dan batin pribadi yang memperjuangkannya. Inilah yang disebut dengan Zona Aman.
Dalam hidup kita pasti menetapkan tujuan. Saat kita selalu diingatkan soal zona nyaman ketika belajar aktualisasi diri. Bagi saya saat menikmati zona nyaman menganggap itu pencapaian hidup. Ternyata di fase ini yang benar adalah Zona Aman dimana kita tidak akan terkena dampak apapun terkait kondisi diluar sana jika kita sudah sampai di fase ini. Zona nyaman kita mungkin bisa menikmati life work balance. Tapi di aspek yang terbatas yaitu hanya menikmati sementara waktu. Sedangkan Zona Aman kita bisa menikmati berulang dan tidak akan terpengaruh oleh kondisi apapun diluar diri kita. Harusnya Zona Aman ini yang jadi tujuanku di fase masuk ke zaman keemasan hidupku yaitu umur 50.
Di saat aku terduduk saat aku renungkan perjalananku. Aku bersyukur di landingkan oleh situasi dan kondisi yang aku alami. Aku jadi sadar posisiku sebagai pegawai saat ini dan apa yang ingin aku capai dalam hidup. Aku perlu berjuang lagi mengaktualisasikan hidupku sehingga perjalananku juga tidak rusak dan malah kehilangan harapan. Apalagi di sisi waktu umur 41 tahun adalah fase perjalanan yang lumayan jauh. Di saat ingin mengulang lagi perjalanan, berjuang untuk tetap bergairah akan hal baru atau meningkatkan kualitas lama yang sudah melekat dalam karakteristik kita tidaklah mudah. Sudah pasti pilihannya adalah berubah. Jika tidak maka zona aman yang aku tuju tidak akan sampai. Apalagi banyak orang pasti akan suka zona nyaman di fase kemapanan tertentu dalam hidup. Mereka akan menikmati kebahagiaan di zona nyaman itu. Aku pun pernah nikmati itu. Aku belum tau rasa kebahagiaan di zona aman. Sebenarnya mungkin ini yang dirasakan para pensiunan disaat menikmati umur tuanya. Mereka merasa aman akan segala sesuatu karena tinggal menikmati hasil dari perjalanan yang sudah dilalui. Meskipun kenyataannya masih banyak pensiunan yang tidak sampai di fase itu. Pensiun pun mereka belum tentu sampai di zona aman dan hanya di zona nyaman. Apalagi jika keturunan mereka membuat mereka harus terus berjuang dalam hidup.
Di fase landing ini aku kembali mempersiapkan perjalananku lagi. Ingin rasanya buru buru boarding. Ternyata perubahan yang cepat ini menuntut kita berubah dulu sambil melangkah kecil kecil hingga kita boarding lagi dan terbang tinggi melintasi berbagai cuaca dalam kehidupan ini. Buat kalian yang berasa sama. Tetaplah bersemangat menjalani hidup. Sebenarnya rasa cukup saja sudah jadi dasar yang kuat untuk bersyukur. Tapi kalau kebutuhan hidup nyata kalian ternyata berkata lain. Selain tetap bersyukur kita perlu mengevaluasi perjalanan hidup kita lagi dan berubah. Sekarang dimanakah letak koordinat GPS Zona Aman itu? Itulah yang perlu aku cari tau dan jalani lagi. Selamat melanjutkan perjalanan buat kalian yang sudah menemukannya. Aku masih belajar lagi mencari tau dimana lokasinya. Kalau zona nyaman sudah bosan. Makanya aku landing hahahah.
Refleksi:
Kita tidak akan membumi ketika tidak landing. Kita tidak akan mengangkasa jika kita tidak terbang. Baik di bumi ataupun langit hanya Tuhanlah tujuan yang pasti. Itu bukan berarti kita menyepelekan perjalanan yang telah Tuhan berikan. Tapi bertanggung jawab untuk setiap pilihan yang kita jalani. Terimakasih Tuhan, hari ini aku sudah berumur 41 tahun. Pimpin aku dalam melanjutkan perjalanan hidupku. Aku bersyukur untuk apa yang sudah aku capai hari ini dan apa yang aku siapkan untuk melanjutkan perjalananku. Amin.