Rabu, 25 Januari 2023

Kita Adalah Harapan

Setiap perilaku adalah cermin. Setiap adab membentuk perilaku. Setiap kata saling memantul kan. Menjadi karya yang merupakan cerminan peradaban. Kapanpun dan dimanapun kita mendapatkan inspirasi. Itulah cara bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Semakin banyak pribadi baik. Maka peradaban dibangun atas dasar yang baik.

Setiap luka membawa kita pada kesembuhan. Setiap pelajaran membawa kita pada aneka rasa.  Setiap rasa membawa kita lebih paham dunia, semesta dan Tuhan. Terlebih penting kita paham diri kita masih punya harapan. Dari harapan tentang aku, harapan tentang mereka kemudian munculah harapan tentang kita. Kita yang membangun mimpi dari ketiadaan yang berproses menjadi ada. Bukan suatu yang mengada-ngada atau sesuatu yang di ada adain. Tapi wujud nyata yang bisa kita lihat, dengar dan rasakan manfaatnya. 

Disitulah harapan tentang kita dibangun. Bukan harapan semu tapi harapan nyata dimana dunia menjadi tempat yang nyaman buat kita melakukan perjalanan. Menjadi manusia terbaik bagi diri kita, bagi alam semesta dan bagi sesama. Kitalah harapan yang nyata. Mewujud dari wujud yang ada dalam harapan. Ketika aku milikmu dan aku milikku terajut dalam taman sari kita yang indah. Kita yang melahirkan banyak harapan yang terwujud oleh aku dan kamu. Kita yang percaya makna mewujudkan ide menjadi karya yang indah. Membawa senyum bagi setiap insan yang tercerahkan. Di situlah kita tau bahwa kita adalah harapan yang abadi bagi sebuah peradaban. Inspirasi bagi setiap generasi tanpa batas waktu. Melahirkan benih benih harapan bagi mereka yang bercermin pada kita. Karena "Kita Adalah Harapan".

Minggu, 22 Januari 2023

Kelinci Air ( Sebuah Refleksi)

"Jika kelinci saja mau belajar melompat di dalam air. Kenapa manusia yang dikarunia akal dan pikiran takut dengan air?" (Renungan Pribadi)


Hai para Pembaca yang aku sayangi dan kasihi. Tulisan ini aku berikan khusus kepada Sahabat dan Saudaraku yang merayakan Hari Raya Imlek. Sekaligus doaku agar keberlimpahan dan kemakmuran menyertai kita semua khususnya Bangsa Indonesia. Tentunya tidak semata mata hanya berfokus pada kekayaan dan kekuasaan saja tetapi tetap menjaga hati dan pikiran kita tetap cinta kepada Tuhan.

Pada kesempatan ini aku juga sekaligus berlatih mengembangkan diksi reflektifku dengan mengambil tema kelinci air yang sudah banyak dibahas oleh media di hari raya Imlek, baik oleh media nasional maupun internasional. Dalam tulisan ini aku tertarik untuk merenungkan nya secara sederhana karena makna kelinci air buatku sangat inspiratif. 

Bagi kalian yang senang dengan dongeng pasti tidak asing dengan kisah "Alice in Wonderland" kan? Kisah itu secara filosofis menggambarkan realita kehidupan kita dalam menjalani keseharian yang digambarkan sebagai perjalanan memasuki banyak pintu dengan multi dimensi perspektif ketika kita memasukinya. Dalam memasuki pintu itu kita ditemani seekor kelinci yang menuntun kita untuk memilih pintu yang tepat untuk dimasuki. Sebenarnya tahun kelinci air ini mengingatkan ku pada pintu pintu itu. Sejalan dengan proses memulihkan hidupku. Pintu itu menggambarkan harapan, peluang dan tantangan. Meskipun di dongeng yang lebih modern yaitu "Alice in the Borderland". Mengilustrasikan harapan, peluang dan tantangan itu di sisi skeptis yang lebih menyoroti sikap tamak kita sebagai manusia yang cenderung "homo homini lupus" sehingga manusia memangsa satu sama lain dalam berbagai pintu yang berwujud permainan tapi dengan konsekuensi yang berdampak langsung pada kehidupan bahkan kematian. Ini yang aku sebut sebagai tantangan dan menyadari kadar kemanusiaan kita yang memiliki sisi jahat yang perlu selalu untuk di sadari serta diperbaiki.

Gambaran ini menjadi refleksi menarik kita memandang zaman apalagi sekarang sudah eranya pendataran dunia. Bagi kebanyakan orang hal ini sebenarnya sudah biasa karena teknologi dan informasi sebenarnya sangat bermanfaat apalagi kita bijaksana dalam menggunakan nya. Namun perlu dipahami kita juga memiliki hasrat "homo homini lupus" dalam diri kita. Itulah sebabnya  di awal tulisan aku menekankan bagaimana kita menyikapi keadaan dengan mengedepankan iman kita kepada Tuhan agar kita tidak salah memilih pintu untuk dimasuki dan kalaupun salah masuk pintu maka Tuhan yang menolong kita untuk bisa menemukan pintu lainnya yang membuat kita tidak tersesat. Di sisi keajaiban bisa saja ada kelinci gaib yang diberikan Tuhan untuk menunjukkan jalan itu. Nah kelinci ini buatku bermakna simbolik. Bagi penggemar kelinci pasti tau bahwa kelinci itu binatang yang lucu, tidak rumit dalam merawatnya dan juga untuk kepentingan kuliner bisa juga untuk dimakan haha. Tapi itu khusus mereka penikmat kelinci, kalau penyayang kelinci pasti tidak akan memilih kelinci sebagai kuliner. Di sisi lain dari kisah Fabel yang pernah aku dengar dan baca sejak kecil bahwa kelinci itu binatang yang cerdas, cerdik, dan punya lari yang kencang. Meskipun menurutku itu bukan karena kelinci bisa lari tapi karena lompatan nya lah kelinci itu terlihat seperti berlari kencang. Dari makanannya juga kelinci kita tau suka wortel. Bagi yang paham manfaat wortel, ini berkaitan dengan peningkatan kemampuan kita untuk melihat. Jika tahun ini adalah tahun kelinci. Inspirasi cerita itu sebenarnya modal kita untuk melangkah di zaman ini untuk memanfaatkan peluang dan tantangan untuk menggapai harapan dengan menggunakan kecerdasan dan kecerdikan kita untuk memperluas sudut pandang kita. Karena zamannya kelinci air maka aku menggunakan sudut pandang air. 

Air itu bicara mengenai gelanggang yang kita lalui. Sebenarnya secara logika mana mungkin kelinci bisa bermain di air karena sudah terbiasa di darat. Tapi para pendahulu bisa membuat labeling tahun kelinci air sebenarnya bisa jadi bahan kita untuk mencari inspirasi karena pasti dalam merumuskan nya tidak sembarangan. Aku memaknai ini sebagai perspektif kita untuk keluar dari zona nyaman kita dan mulai bermain di area area yang sebenarnya kita punya kemampuan untuk mengerjakan nya namun kita selama ini tidak fokus untuk mengembangkan area itu. Banyak hal yang bisa kita introspeksi dan eksplorasi terkait itu. Apalagi proses selama  Pandemi ini mengajarkan kita banyak hal tentang perubahan mental dan kreatifitas. Jika kita bicara gelanggang air. Maka kita bicara di gelanggang yang cair, lentur, tidak mudah untuk di ukur. Kecuali kita membatasinya dalam wadah yang bisa ditentukan satuan nya seperti liter. Bagaimana kita mengukur air di wadah yang luas seperti sungai, danau, laut bahkan Samudra? Tidak mudah kan? Kecuali kita memiliki kemampuan untuk mengukur itu karena punya keahlian dan kompetensi di bidang itu. Sangat cocok jika ilustrasi kelinci yang cerdas dan cerdik dengan penglihatan yang tajam kita jadikan referensi bagi kita untuk melihat tahun 2023 ini dengan cara berbeda untuk melaluinya. Bisa saja kita memilih gelanggang kecil yang ada wadahnya atau kalau kita sudah ahli mungkin memilih samudra. Tapi jangan lupa jika ingin melakukan lompatan kuantum maka kita perlu mengukur kemampuan kita. Apakah kita hanya sekedar bermain di permukaan air, baik itu berselancar atau berenang. Atau di bawah permukaan dengan menyelam. Kalau kita lebih canggih mungkin bermain diatas permukaan dengan terbang. Pilihan pilihan seperti itu sebenarnya cara kita menggunakan kecerdasan dan kecerdikan kita untuk menghadapi gelanggang kehidupan yang kita lalui sesuai kapasitas kita. Jangan jangan saat ini kita hanya sanggup meminum air atau memanfaatkan air hanya untuk sekedar pembangkit listrik. Inilah yang aku sebut larut tapi tidak hanyut. Kita yang menggunakan kecerdikan dan kecerdasan kita agar tidak hanyut ditelan zaman tapi larut untuk menyatu pada verse yang kita lompati secara kuantum tanpa harus kehilangan jati diri kita.  Apapun itu yang jelas kelinci air itu merupakan inspirasi kita untuk keluar dari zona nyaman yang biasa kita lalui. " Jika kelinci saja mau melompat kedalam air, kenapa manusia yang dikarunia akal dan pikiran takut dengan air". Meskipun di aspek lain kita juga tetap harus waspada dan berjaga jaga agar kita tidak terpeleset atau tenggelam di dalam air. Apalagi jenis air bermacam macam mulai dari yang alami yang berasa tawar, asin, pahit dan manis sampai yang buatan dengan berbagai rasanya. Bahkan ada yang memabukkan hahaha... Jika kita manusia berakal maka gunakanlah kebijaksanaan kita agar tidak hanyut di telan zaman.

Semoga refleksi ini bermanfaat buat kita semua. Mari kita masuki tahun kelinci air ini dengan harapan Tuhan memberikan kita keberlimpahan dan kemakmuran yang Ilahi. Kiranya kita di karuniai kebijaksanaan Tuhan yang menuntun kita terhindar dari kesesatan. Salam damai dan kasih sayang buat para Sahabat dan Saudaraku terkasih. Khususnya kalian yang merayakan hari raya Imlek. Tuhan memberkati.

Selamat Datang Pembaca

Sebagaimana judulnya, Blog ini akan dipenuhi oleh tulisan-tulisan saya baik berupa puisi, artikel, renungan ataupun celotehan-celotahan yang merupakan refleksi dari keseharian saya dalam menjalani kehidupan.

Banyak hal yang bisa didapatkan ketika kita mengambil setiap makna dari kejadian-kejadian yang terjadi di dalam hidup ini. Sangat sayang jika hal tersebut hilang dan tidak terekam dengan baik dalam bentuk catatan-catatan yang tujuannya adalah untuk refleksi diri.Hal ini sangat bermanfaat untuk pertumbuhan diri dan kekayaan jiwa dalam membentuk kebijaksanaan diri memandang kehidupan sebagai sesuatu yang mengagumkan.

Itulah sebabnya Blog ini diberikan nama Jurnal Refleksi diri.Tempat dimana hati berbicara dalam bentuk kata.Kata-kata yang hidup karena tercipta oleh kehidupan dan untuk kehidupan. Dimana kehidupan terbingkai dalam keabadian dan kekekalan oleh sebuah kata.Untuk itulah engkau diletakkan disini wahai kata.Bersemayamlah dalam kesempurnaanmu.Kesempurnaan seorang manusia yang memahami hakekat dirinya yaitu untuk berkarya selama hidupnya.

Salam refleksi

Jukaider Istunta Gembira Napitupulu
Pengelola Jurnal Refleksi Diri