Selasa, 06 Desember 2022

Terima Kasih, Saya Gagal !!!

"Jika mereka ingin kau Gagal, Katakan Terima Kasih kepada Kelompok Pemuja Setan Itu. Biarkan KUTUK yang menyadarkan Kejahatan Mereka dan KEMATIAN yang menyadarkan kesombongan mereka, kelompok Gagak, Penikmat Bangkai Kegagalan, Pengikut Dewi Lili- Musuh Bala Tentara Surga. TERKUTUK lah kalian Kelompok Kakak Tua, Penipu sepanjang Zaman sampai Akhir Zaman menjerumuskan kalian ke NERAKA paling KEJAM" (Plot Novel Rahasiaku-Project 66)

Tidak terasa sudah menjelang akhir tahun 2022. Banyak hal terjadi dan tentunya masing masing orang memiliki pengalaman yang berbeda beda. Khusus aku yang konsisten memilih tidak di VAKSIN. Perjalanan hidupku memang agak berbeda. Walaupun memang tidak clear 100 persen aku tidak pernah terkena COVID. Tapi keyakinanku terhadap imunitas 100 persen masih kupegang. Dalam posisi seperti inipun aku tetap memulihkan diriku dengan obat dan imunitas dalam diriku. Tetap semangat dalam melanjutkan kehidupan meskipun Sumpah Serapah dan KUTUK aku berikan kepada mereka yang tidak berlaku adil padaku selama ini. Padahal nalar sehat bertanya tanya kenapa mereka sampai 3 kali suntik merasa jauh lebih baik ketimbang aku yang tidak pernah di suntik. Sedangkan di sisi ketahanan tubuh, akupun sama seperti mereka dalam mengkonsumsi obat dan memulihkan diri. Itupun aku terkena Covid secara resmi baru di tanggal 30 November 2022. Setelah mereka yang sudah disuntik berkali kali terkena Covid. Buatku, biarlah laknat Tuhan saja yang menghampiri mereka karena kemunafikan mereka sudah aku saksikan dan aku juga menunggu tanda Tuhan benarkah ini akhir Zaman. Apalagi berbagai bencana alam datang silih berganti seolah-olah sebagai teguran kepada mereka yang bermain Virus Covid yang ingin mendatarkan dunia tapi justru membawa Murka Tuhan atas dunia.

Sebenarnya jika kalian bertanya kenapa aku tidak di Vaksin. Penjelasan sederhana nya adalah saat vaksin pertama keluar, sebenarnya itu menimbulkan pertanyaan buatku. Mengingat saat di gunakan di Indonesia, secara teknis jika menghitung prosedur produksi di Pabrik, Penelitian dan Inkubasi virus di Indonesia. Praktis untuk kondisi Indonesia saat itu baru penelitian beberapa bulan saja, seolah-olah vaksin dipaksakan dipakai di Indonesia. Nalar ilmiah ku berpikir sesuai ilmu vaksin dan setidaknya saat itu memang aku melakukan investigasi kecil kecilan dan dapat sumber terpercaya dari orang yang berhubungan dengan pabrik Vaksin. Maka kesimpulan ku saat itu adalah menunggu vaksin terbaik keluar baru aku gunakan. Namun nyatanya pada perkembangannya, keanehan keanehan dalam pola penyebaran Virus dan beriringan dengan keluarnya Vaksin kedua dan sekarang ada Booster yang aku sebut vaksin ketiga dan mungkin ada yang sudah pakai yang keempat. Membuat ku justru semakin yakin dengan imunitas murni dalam tubuhku. Selain itu anehnya saat itu perkembangan Covid kok malah meningkat setelah peningkatan orang yang di Vaksin. Saat itu sebenarnya menjadi pertanyaan buatku terkait Vaksin yang disuntik kan ke dalam tubuh itu. Apalagi buat kita generasi yang tau konsep Resident Evil. Agak berpikir panjang jika terkait cairan yang dimasukkan dalam tubuh dengan kondisi tergesa-gesa. Belum lagi tidak ada jawaban resmi terkait pemberitaan zat sejenis logam dalam vaksin yang sebelum nya pernah heboh di tahun 2021 yang secara logika bisa berfungsi seperti resistor sebagai cikal bakal biochip dalam tubuh manusia atau pengendali pikiran. Meskipun memang tidak ada satupun yang memberikan pernyataan resmi terkait itu. Setidaknya perkembangan teknologi kesehatan memungkinkan untuk itu. Pikiran sederhana ku daripada aku terjebak dalam konspirasi. Mending percaya pada imunitas murni di tubuh ku dan perkembangan obat yang sudah cukup lama dikonsumsi masyarakat dan berhasil menyembuhkan mereka yang terkena Covid.

Buatku apapun yang terjadi, baik secara teknologi atau metafisika. Aku masih hidup dan tetap melanjutkan hidup. Apalagi dalam berkarya, bukan sekali atau dua kali aku melakukannya. Sepanjang aku hidup dan bekerja, aku sudah terbiasa menghasilkan sesuatu baik karena dibayar ataupun tidak dibayar sekalipun. Ini sebenarnya sekaligus jawaban buat kalimat sindiran Geng Kakak Tua  berjudul "Selesai dengan Diri Sendiri". Aku tau mereka merasa Sok Bijak karena berbagai kisah sukses mereka di Era Covid ini. Apalagi mungkin mereka merasa yang paling beramal dan beribadah di era Covid ini. Walaupun ada aspek lain yang buatku masih jadi misteri dan mungkin akan jadi kesaksian ku jika aku dipanggil Tuhan. Mungkin mereka yang merasa paling berhak menilai ku GAGAL dalam kondisiku sebenarnya tidak sepenuhnya bebas bertindak dan bergerak sebagaimana mereka yang di VAKSIN. Makanya aku selalu berdoa dan melepas kutuk dan sumpah serapah kepada mereka kelompok Sombong itu karena merasa berhasil meng COVID kan dunia. Bahkan ada fase dimana setiap hari aku berharap Kiamat lekas dimulai dan mereka semua terkencing kencing melihat Bumi dijungkir balikkan oleh Tuhan. Meskipun memang sepertinya saat ini rasa fase itu rasanya berbeda. Aku lebih fokus pada proses pemulihan kehidupan ku dari Kegagalan terbesar yang pernah aku rasakan dan alami sepanjang hidup. Apalagi ini aku alami di umurku yang 38 tahun dan menjelang 39 tahun. Praktis aku mulai menjalani karirku dengan flat sambil mencoba mengurut satu persatu bagian hidupku yang terlanjur hancur dan mencoba mencari formula untuk memperbaiki nya. Setidaknya umurku tidak setua Kolonel Sanders saat memulai usaha KFC nya. Meskipun untuk saat ini jika aku harus memulai suatu yang baru, kondisi ku agak berbeda dengan Kolonel Sanders. Aku harus belajar mengakui kegagalanku dan mengucapkan Terimakasih Saya Gagal kepada kelompok IBLIS itu. Mungkin ini penting karena memang sebenarnya ini rasa gagal terbesar yang pernah aku alami sampai aku merasa pingin kembali ke masa lalu. Sampai akhirnya aku belajar menerima realitas aku hidup di masa kini dan di masa yang aku lalui selagi aku hidup ntah itu Kiamat atau tidak Kiamat. Tapi memang aku akui bahwa aku Gagal. Tapi karena aku masih hidup, kegagalan itu bisa aku perbaiki dalam kenyataan aku sudah tidak muda lagi dan sudah berumur 38 tahun menjelang 39 tahun. Sederhana nya aku menerima kondisi ini dan kembali pada aktivitas ku. Setidaknya buat mereka yang merasa lebih hebat dariku dan berumur lebih muda dari ku. Berhati hatilah kalian agar tidak terkena kehancuran hidup yang sama saat di umur 38 tahun karena kesombongan kalian ikut geng yang sukses di era ini. Persiapan diri kalian mengantisipasi kondisi seperti ini di masa yang akan datang sehingga bisa lekas bangkit dan tidak lama terpuruk dalam kegagalan. Meskipun kenyataannya sadar betul bahwa waktu terus berjalan tapi kesadaran yang terpenting waktuku berjalan karena Tuhan. Apalagi jika kalian termasuk kelompok yang memiliki ekspektasi hidup tinggi dan terbiasa untuk mencapai nya secara sempurna. Di posisiku saja yang menyadari semua itu adalah proses dan pencapaian ekspektasi itu belum tentu semuanya sesuai yang kita harapkan dan inginkan. Mengalami kondisi shock secara mental dan mengalami berbagai macam ilusi aneh yang sulit dijelaskan secara nalar. Apalagi hal tersebut menggoncang kan pondasi prinsip kehidupan yang selama ini aku yakini dan pelajari secara terus menerus. Setidaknya pondasi imanku kepada Tuhan justru semakin besar dan semakin kuat karena kondisi ini yang membuat ku selalu siap mati kapanpun. Itu juga yang membuat ku tetap taat dan setia pada waktu dan kehendak Tuhan. Meskipun aku tau dalam penilaian manusia aku dikategorikan produk gagal di era Covid ini. Tapi justru ini merupakan tantangan baru buatku. Memanfaatkan lagi waktu yang ada dalam segala keterbatasan aku seperti aku pernah melaluinya atau bahkan lebih hebat lagi dari sebelumnya. Setidaknya hidupku tidak sama lagi itu Nyata dan situasi dan kondisiku juga sudah tidak muda lagi itu fakta. Meskipun aku juga menolak tua dengan tetap menjaga semangat mudaku agar aku bisa bangkit dari kegagalan di era Covid ini dengan cara yang berbeda.

Setidaknya ini tulisan pertama ku yang sangat simbolis terbuka. Sebagai pesan kepada mereka yang menantikan tulisanku karena tau aku ga di Vaksin. Sekaligus merindukan refleksi ku dari perspektif mereka yang bertahan hidup dengan tidak di vaksin di era Covid ini. Ini juga ucapan Terimakasih ku buat kalian karena berhasil menggagalkan ku. Setidaknya makna revolusi mental yang kudapatkan adalah menerima kegagalan dan memperbaiki situasi itu untuk melihat segala sesuatunya dengan perspektif yang berbeda. Ada sedikit pesan di awal sebagai kode khusus ku kepada Kelompok Iblis penyebab Covid ini. Sekaligus pengingat buat mereka jika dunia yang lebih baik adalah impian mereka. Apakah berbagai bencana alam itu tidak bisa kalian maknai bukti nyata murka Tuhan atas kesombongan intelektual kalian. Meskipun bisa kalian sangkal sebagai sebuah kebetulan yang kebetulan nya berulang berkali kali? Inikah dunia lebih baik yang kalian inginkan? Setidaknya jika kita harus memulai lagi memperbaiki segala sesuatunya. Setidaknya kondisi ini jadi perenungan bersama buat kita. Dunia seperti apa yang ingin kita capai untuk generasi setelah kita? Sama seperti kalian, nalarku pun masih berfungsi normal. Hanya memang karena faktor gaib yang terjadi bersamaan dengan fenomena survival ku. Caraku bernalar juga berubah.

Tidak ada komentar:

Selamat Datang Pembaca

Sebagaimana judulnya, Blog ini akan dipenuhi oleh tulisan-tulisan saya baik berupa puisi, artikel, renungan ataupun celotehan-celotahan yang merupakan refleksi dari keseharian saya dalam menjalani kehidupan.

Banyak hal yang bisa didapatkan ketika kita mengambil setiap makna dari kejadian-kejadian yang terjadi di dalam hidup ini. Sangat sayang jika hal tersebut hilang dan tidak terekam dengan baik dalam bentuk catatan-catatan yang tujuannya adalah untuk refleksi diri.Hal ini sangat bermanfaat untuk pertumbuhan diri dan kekayaan jiwa dalam membentuk kebijaksanaan diri memandang kehidupan sebagai sesuatu yang mengagumkan.

Itulah sebabnya Blog ini diberikan nama Jurnal Refleksi diri.Tempat dimana hati berbicara dalam bentuk kata.Kata-kata yang hidup karena tercipta oleh kehidupan dan untuk kehidupan. Dimana kehidupan terbingkai dalam keabadian dan kekekalan oleh sebuah kata.Untuk itulah engkau diletakkan disini wahai kata.Bersemayamlah dalam kesempurnaanmu.Kesempurnaan seorang manusia yang memahami hakekat dirinya yaitu untuk berkarya selama hidupnya.

Salam refleksi

Jukaider Istunta Gembira Napitupulu
Pengelola Jurnal Refleksi Diri